Rektorat kembali bergemuruh saat ini, perjuangan "jalanan" sudah memasuki 3 hari. Walaupun tanggapan dari pihak rektorat tidak pernah memuaskan bukan berarti semangat para pejuang (baca:demonstran) luntur dan hilang. Kesamaan nasib sesama kaum intelektual yang berada di rektorat saat ini telah menghidupkan api semangat yang akan terus berkobar, sikap saling memotivasi menjadi dinamika menarik di antara pejuang yang sedang berjuang sekarang.
Dalam keindahan dinamika lain tercipta sebuah rasa persaudaraan yang tidak mampu terbahasakan, walaupun datang dengan beragam latar belakang bukan berarti tercipta perbedaan. "Berapa jumlah kita" ------- "satu", sebuah jargon yang terus bersaut-sautan di antara kerumunan manusia di halaman gedung akbar kampus ini. Jargon yang tak pernah berhenti dari sisa-sisa semangat para pejuang karena para penguasa yang tak sedikitpun berpihak, sesungguhnya para penguasa paham bahwa "kami" tidak akan mundur begitu saja karena sandiwara yang mereka buat selama ini. Perjuangan ini adalah murni, karena kami merasa pendidikan adalah hak semua manusia. Bahwa negara harus menjamin tercapainya pendidikan layak bagi generasi muda penerus bangsa, bahwa pendidikan seharusnya menjadi media untuk mendidik dan bukan di jadikan sebagai ajang permainan sang penguasa.
Haa.a.a.... itulah ironi pendidikan kita, mau bagaimana??? SATU BAHASA untuk para penguasa "LAWAN"!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar